Akhirnya kemarin malam saya datang juga ke acara tahunan Kota Malang yang tak pernah sepi pengunjung, acara tersebut bertajuk Malang Tempo Doeloe - Festival Malang Kembali. Bertempat di jalan kembar ijen, atau lebih keren disebut Ijen Boulevard, yang sejatinya merupakan jalan utama dan terletak di tengah Kota Malang membuat semua orang antusias untuk menghadirinya. Acara ini merupakan rangkaian dari peringatan ulang tahun Kota Malang yang jatuh pada tanggal 1 April. Misi dari acara Festival Malang Kembali ini adalah menghadirkan suasana Kota Malang pada jaman dahulu ke tengah-tengah kehidupan masa kini.
Setiap tahunnya, acara Festival Malang Kembali ( FMK ) ini selalu menghadirkan tema yang berbeda. Tahun lalu para pengunjung dibawa untuk kembali ke masa-masa kerajaan. Dua tahun yang lalu para pengunjung dibawa ke Kota Malang pada masa kemerdekaan. Tiga tahun yang lalu, pada event yang pertama, para pengunjung disuguhi suasana Kota Malang pada masa penjajahan. Tahun ini FMK mengambil tema yang menurut saya justru kurang relevan dengan apa yang selalu dihadirkan selama ini, yakni Boedajaku Tanggoeng Djawabkoe ( Budayaku Tanggung Jawabku ).
Seperi tahun-tahun sebelumnya, acara yang terbilang megah ini selalu diramaikan oleh berbagai macam stand yang juga mencoba untuk membawa pengunjung ke suasana Malang di masa lalu. Tengok saja para pengisi stand yang menawarkan barang-barang merchandise yang bertema tempoe doeloe seperti capil, topi belanda, tas rajutan tangan, kaos-kaos yang bergambar malang tempoe doeloe, ataupun uang-uang kuno. Walau sebenarnya merchandise yang ditawarkan kebanyakan lebih berupa sebagai handycraft daripada barang-barang yang datang dari tempo doeloe. Menurut saya, barang-barang yang pantas disebut sebagai "peninggalan" tempoe doeloe hanyalah barang barang seperti capil, topi kompeni dan barang-barang yang memang sifatnya sudah ada sejak dahulu kala.
Stand lain yang tidak kalah ramai adalah stand jajanan tempoe doeloe. Mungkin memang stand-stand inilah yang paling mengambil hati para pengunjung. Bagaimana tidak, makanan yang sudah jarang kita temui pada hari-hari biasa dijual dengan bebas di sini. Yang menjadi primadona tentu saja gelali, makanan yang terbuat dari gula merah yang dicairkan ini menjadi jajanan paling laris yang dijual di acara ini. Memang yang paling banyak dari acara ini adalah stand makanan, walaupun kebanyakan yang dijual adalah makanan masa kini, seperti soto ayam, ikan bakar dan sebagainya.
Selain stand makanan dan merchandise, ada juga para pengisi acara yang berasal dari media-media jurnalistik seperti koran, radio, bahkan televisi lokal. Stand dari para stasiun radio menampilkan koleksi radio-radio dari jaman dahulu kala hingga radio masa kini. Stand milik koran-koran menampilkan koleksi foto-foto dan bahkan koran-koran yang berasal dari masa lalu.
Pada acara FMK ini juga terdapat beberapa panggung hiburan yang diisi dengan acara-acara bertemakan kebudayaan. Ada panggung yang menampilkan ludruk, wayangan, bahkan panggung khusus band yang menyanyikan lagu-lagu jaman dulu, terutama Koes Plus. Pada awalnya saya tertarik pada panggung ludruk karena waktu lewat terdengar musik jula-juli yang asay akrabi saat mendengarkan acara lawak kartolo. Sayangnya saat saya mau menyaksikan, musiknya berasal dari rekaman kaset, tidak live, batal lah saya melihat jula-juli. Di panggung lain ada sebuah pertunjukan wayang dengan dalang cilik, sempat melihat sebentar, lucu juga, dalangnya anak-anak sehingga dia agak kesulitan untuk memainkan wayangnya. Panggung yang membuat saya bertahan cukup lama adalah panggung musik di mana band yang tampil menyanyikan lagu-lagu milik Koes Ploes dan beberapa lagu lama yang lainnya. Karena jam yang semakin malam dan ada keperluan lain, maka saya memutuskan untuk pulang.
Walau acara ini menarik dan menyenangkan, tetapi bukan berarti FMK tahun ini berjalan tanpa cacat. Menurut saya kelemahan terbesar acara ini adalah terlalu banyaknya stand yang mengisi, sehingga tak ubahnya sebuah pasar malam. Semoga saja tahun depan ada perubahan berarti dan membuat suasana FMK menjadi lebih nyaman untuk dinikmati.
Site you must see
Site you Must See
Find me on Facebook
Liverpool 'till die
|
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 comments:
Post a Comment